METODE DISKUSI
ABSTRAK
Diskusi adalah suatu
proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara varbal
dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar
menukar infomasi, mempertahankan pendapat dan memacahkan masalah. Metode
diskusi adalah cara penyajian pembelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan
kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Dengan metode ini siswa
didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah,
tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain, dan siswa mampu menyatakan pendapatnya secara
lisan serta memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam
pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama. Metode diskusi ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan dan
juga memiliki tahap-tahap dalam pelaksanaannya.
PENDAHULUAN
Kondisi
pendidikan di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang
menitik beratkan
pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu
merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana
belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya
mempersiapkan warga negara yang baik dan masyarakat yang cerdas.
Konsep
pendidikan pada dasarnya membuat siswa memiliki kompetensi tamatan sesuai
jenjang sekolah, yaitu pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan melaksanakan
tugas atau mempunyai kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah (Djahiri,
1993).
Belajar
merupakan proses perubahan perilaku individu yang bersifat menetap dan
merupakan hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi transaksional timbal balik antar siswa dengan guru,
siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, pada lingkungan belajar
tertentu untuk sasran tertentu
Di dalam
proses belajar mengajar tercakup model pembelajaran, pendekatan, teknik dan
berbagai metode pengajaran yang dikembangkan. Tujuan utama diselenggarakannya
proses belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran yaitu
keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata
pelajaran maupun pendidikan pada umumnya.
Metode
mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipengaruhi
oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikan, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Semakin baik metode mengajar, semakin efektif pula pencapaian tujuan. Adapun
cara atau metode yang terbaik untuk diterapkan itu banyak sekali tergantung
pada karakteristik peserta didik masing-masing.
Didalam
kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam
menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap (kognitif, psikomotor, efektif).
Khusus metode mengajar didalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh
faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi, dan faktor guru itu sendiri. (Drs.
Abu Ahmadi, 1997; 52).
Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu
metode, tetapi guru sebainya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya
pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian peserta didik.
Salah
satu metode mengajar yang ada adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah
format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota
yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama.
Karena itu, guna dituntut untuk mampu
melibatkan keaktifan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (killen 1998). Oleh karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. (Abdul
Majid 2015)
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung
dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana
guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna untuk mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Diskusi dapat dilakuan dalam bermacam-macam bentu (tipe) dan dengan
bermacam-macam tujuan. Berbagai bentuk diskusi yang terkenal adalah sebagai
berikut. (B. Suryosubroto 2009)
1.
The social problema meeting
Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial dikelasnya
atau disekolahnya dengan harapan setiap siswa akan merasa “terpanggil” untuk
mempelajari dan bertingah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku,
seperti dengan guru atau personel sekolah lainnya, peraturan-peraturan dikelas
/ sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.
2.
The open-ended meeting
Para siswa berbincang-bincang masalah apa saja yang berhubungan
dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan
sesuatu yang terjadi di lingkungan disekitar mereka, dan sebagainya.
3.
The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang-bincang masalah pelajaran dikelas dengan
maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah
diterimanya agar masing-masing siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik /
benar. (B Suryosubroto 2009)
A.
Relevansi Metode Diskusi
Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan
diperlukan apabila kita (guru) hendak:
1.
Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para
siswa.
2.
Memberi kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya
masing-masing.
3.
Memperoleh umpan balik dari para siswa tentangapaah tujuan yang
telah dirumuskan telah tercapai.
4.
Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan prakris lewat
berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
5.
Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
6.
Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah
yang di (lihat) baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah.
7.
Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. (B Suryosubroto
2009)
B.
Tujuan Penggunaan Metode Diskusi
1.
Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya dalam memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada orang
lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan, sehingga memberi jawaban yang berbeda.
Hal itu tidak menjadi soal, asal pendapat itu logis dan mendekati kebenaran.
Jadi siswa dilatih berfikir dan memecahkan masalah sendiri.
2.
Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu
perlu untu melatih kehisupan yang demokratis.
3.
Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi
dalam pembicaraan memcahkan suatu masalah bersama. (Roestiyah 2001)
C.
Langkah-Langkah Melaksanakan Diskusi
1.
Langkah persiapan
·
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat
umum maupun tujuan khusus.
·
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai;
·
Menetapkan masalah yang akan dibahas;
·
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala
fasilitasnya,petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis dan perumus,
jika diperlukan.
2.
Pelaksanaan diskusi
·
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi
kelancaran diskusi;
·
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan
jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
·
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan,
misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
·
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
·
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas.
·
Hal ini sangat penting karena tanpa pengendalian biasanya arah
pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
3.
Menutup diskusi
·
Membuat pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi.
·
Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat deri
seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. (Abdul Majid
2015)
D.
Problem khusus Dalam Diskusi
1.
Peran guru;
a.
Mengamati, informasi tentang kekuatan dan kelemahan prosedur.
b.
Intruksi, menolong mengevaluasi pekerjaan siswa, kontribusi yang
dilakukan oleh setiap siswa, problem yang mungkin timbul akibat konflik.
2.
Argumentasi dan konflik dalam grup; Guru perlu mencampuri antuk
menjaga aturan didalam grup bagi anggota yang terlalu agresif, karena bukan
untuk menang berdebat.
3.
Grup yang tidak responsif; Ada bebrapa alasan mengapa grup tidak
responsif. Siswa tidak berkenalan satu dengan yang lainnya akibatnya tidak
responsif, adanya kelompok/geng, tidak mengerti tugasnya, tidak tertarik dengan
problem, tidak mempunyai pengetahuan prerequisit.
Solusi
bagi grup yang tidak responsif yaitu: metode diskusi ditunda bila siswa belum
saling mengenal, juga mengenal guru. Mengelompokan siswa menurut kesukaan,
mengajukan pertanyaan, menjelaskan apa yang diharapkan dari mereka yang bekerja
dalam grup, dan guru dapat menjadi anggota sementara grup.
4.
Grup yang tidak produktif, adalah tidak mampu menangani tugas/topik
yang diberikan, tidak memberikan perhatian ketika guru menerangkan tugas, gagal
mengingat tujuan tugas, gagal saling menangkap ide-ide tanpa tujuan atau arah, gagal menyepakati
rencana, strategi atau tujuan, gagal memerhatikan, mendefinisikan dari
istilah-istilah, prinsip-prinsip, logika dan argumen-argumen valid.
Guru
hendaknya mengamati aktivitas diskusi grup, berpartisipasi dalam aktivitas
grup, menolong merumuskan rencana-rencana, mensintesiskan detail-detail,
mendefinisikan istilah-istilah, menjelaskan konsep-konsep atau prinsip dan
menawarkan saran-saran untuk melancarkan jalannya diskusi. (M. Ali Hamzah &
Muhlisrarini 2014)
E.
Keuntungan Dan Kelemahan Metode Diskusi
1.
Beberapa keuntungan metode diskusi
a.
Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses
belajar.
b.
Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
c.
Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir
dan sikap ilmiah.
d.
Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskus
diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri
sendiri.
e.
Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap
sosial dan sikap demokrats para siswa.
2.
Beberapa kelemahan metode diskusi
a. Suatu diskusi
tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tanggung
jawab kepada pemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
b. Suatu diskusi
memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari
sebelumnya.
c. Jalannya
diskusi dapat dipelajari (didominasi) oleh beberapa siswa yang “menonjol”.
d. Tidak semua
topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
e. Diskusi yang
mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar
waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehungga
hasilnya tidak bermanfaat.
f. Apabila suasana
diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka
biasanya membatasi pokok masalahnya.
g. Sering terjadi
dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya.
h. Jumlah siswa dalam
kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk
mengemukakan pendapatnya.
Untuk mengatasi beberapa kelemahan tersebut
Drs. Yusuf Djajadisastra (1982) menemukakan saran mengenai usaha-usaha yang
dapat dilakukan antara lain adalah:
1.
Murid-murid dikelompokan menjadi kelompok-kelompok yang kecil,
misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil ini harus terdiri
dari murid-murid yang pandai dan kurang pandai, yang pandai berbicara dan
kurang pandai berbicara, murid laki-laki dan murid perempuan. Hal ini harus
benar-benar diatur oleh guru. Disamping itu harus pula diperhatikan agar
murid-murid yang sekelompok itu benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap
kelompok ditetapkan ketuanya.
2.
Agar tidak menimbulkan rasa “kelompok-isme”, ada baiknya untuk
setiap diskusi dengan topik atau
problema baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok baru dengan cara melakukan
pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian, semua murid akan pernah
mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga pernah
mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.
3.
Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi
dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari
kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan dimasyarakat yang sedang
menjadi pusat perhatian penduduk setempat.
4.
Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan
pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan
pembagian topik kedalam topik-topik yang lebih kecil lagi (subtopik).
Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan
diskusi diman seluruh pekan itu dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
5.
Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan baik
yang tersedian disekolah maupun yang terdapat diluar sekolah.
Dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan tersebut kelemahan metode diskusi dapat dikurangi. Tentu
saja, pada akhirnya berhasil atau tidaknya penggunaan metode diskusi ini banyak
bergantung pada kecakapan guru didalam membimbing murid-muridnya
berdiskusi. Demikian pula cara atau
kebiasaan mengajar guru dan kebiasaan belajar murid-murid akan sangat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya penggunaan metode diskusi. (B. Suryosubroto
2009)
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa pengertian
di atas maka akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode
diskusi kelompok, yaitu cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama
memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok
besar secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman
sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau
mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok
tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide
yang pada akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam
belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektifitas
pembelajaran.
Dalam diskusi siswa juga
dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan
usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang
ditinjau dari berbagai segi.
Langkah-langkah dalam
metode diskusi antara lain: taraf persiapan, siswa membentuk kelompok-kelompok
diskusi, siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, setiap kelompok
harus melaporkan hasil diskusinya, dan akhirnya siswa mencatat hasil
diskusi.
Adapun tujuan dari metodi
diskusi adalah dengan metode ini siswa didorong menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat
orang lain, dan siswa mampu menyatakan
pendapatnya secara lisan serta memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar
berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Roestiyah.2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryosubroto B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Majid Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hamzah M Ali
& Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:
RajaGrafindo persada.
Komentar
Posting Komentar