11 pertanyaan dan jawaban tugas ilmu pendidikan
TUGAS ILMU PENDIDIKAN
Soal:
1.
Mengapa
manusia dapat dididik, harus dididik,
dan memerlukan pendidikan ? jelaskan
2.
Kemukakan 10
definisi menurut para ahli dan jelaskan makna pendidikan? Jelaskan
3.
Bagaimana pandangan
aliran nativisme, empirisme, naturalisme, dankonvergensi tentang pendidikan?
Jelaskan
4.
Kapan
pendidikan dimulai dan berakhir? Jelaskan
5.
Jelaskan
konsep:
a.
Pendidikan
pendahuluan
b.
Pendidikan
sebenarnya
c.
Pendidikan
orang dewasa
d.
Pendidikan
seumur hidup
6.
Siapa pendidik
itu, apa syarat-syarat pendidik, apa itu kewibawaan (gezag), dan apa fungsi
kewibawaan (gezag) dalam pendidikan? Jelaskan
7.
Bagaimana
membedakan guru yang berwibawa dan guru yang tidak berwibawa ? jelaskan
8.
Siapa anak
didik itu dan siapa anak didik dalam pendidikan pendahuluan, pendidikan
sebenarnya, pendidikan orang dewasa dan pendidikan seumur hidup? Jelaskan
9.
Apa yang
dimaksud anak didik sebagai homo sapien, homo faber, homo sosius, homo
ekonomekus, homo devinand, homo religius? Jelaskan
10.
Apa itu tujuan?
Mengapa tujuan harus ada dalam usaha pendidikan? Apa yang menjadi dasar dari
tujuan tersebut? Bagaimana hubungang antara dasar dan tujuan pendidikan.
Jelaskan
11.
Sebutkan
hirarchi tujuan pendidikan dan jelaskan satu persatu?
Jawab:
1.
Mengapa manusia
dapat di didik:
Ø Manusia dapat dididik karena manusia memiliki ciri-ciri yang sama
sekali tidak dimiliki oleh hewan. Adapun ciri-ciri tersebut :
1.
Manusia
memiliki kemampuan untuk menguasai hawa nafsunya
2.
Manusia
memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan teknologi,
sehingga menjadikan ia sebagai makhluk berbudaya
3.
Manusia
memiliki kesadaran diri. Manusia dapat menyadari sifat-sifat yang ada pada
dirinya. Manusia dapat mengadakan intropeksi.
4.
Manusia adalah
makhluk sosial. Ia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama
berorganisasi dan bernegara
5.
Manusia
memiliki bahasa, simbolis, baik secara lisan maupun tertulis
6.
Manusia dapat
menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika). Manusia dapat berbuat sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Manusia memiliki hati nurani.
7.
Manusia dapat
berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta alam semesta.
Manusia dapat menghayati kehidupan beragama yang merupakan nilai yang paling
tinggi dalam kehidupan manusia.
Manusia dpaat di
didik karena manusia dapat memiliki, memperbaiki dan mengembangkan hati nurani,
perasaan, nilai-nilai atau norma sosial yang dapat membedakandirinya dengan
makhluk lain. Pendidikan akan dialami manusia seumur hidup, namun batas-batas
nyata kemungkinan pendidikan pada manusia dimulai sejak manusia tersebut
memiliki kesiapan dalam berinteraksi edukatif hingga mencapai kedewasaan yang
dilalui dengan proses kematangan[1].
Mengapa manusia harus di didik:
Manusia harus
dididik karena manusia lahir dalam keadaan tak berdaya, lahir tidak langsung
dewasa dan merupakan makhluk sicial yang membutuhkan interkasi dengan orang
lain[2].
Mengapa manusia memerlukan penididkan:
Manusia
membutuhkan pendidikan disebabkan manusia sangat labil dan dinamis. Labil
karena manusia sejak pertama dilahirkan belum memiliki kemampuan untuk dapat
mempertahankan dan memnuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan pendidikan
manusia dapat dengan serta merta menguasai berbagai kompotendi yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupannya. Menusia bersifat dinamis karena manusia selalu
temotivasi untuk senantiasa melakukan perubahan dalam kehidupannya.
Analisis :Manusia dapat dididik karena manusia dapat memiliki, memperbaiki,
dan mengembangkan hati nurani, perasaan, nilai-nilai atau norma susila yang
dapat membedakan dirinya dengan makhluk
lain. Manusia harus dididik dan
memerlukan pendidikan karena manusia lahir dalam keadaan tak berdaya, lahir
tidak langsung dewasa dan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi
dengan sesamanya.
2.
10 definisi
menurut para ahli tentang makna pendidikan:
1.
Prof. H. Mahmud
Yunus: Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih
untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak
kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan
yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
2.
Prof. Dr. John Dewey: Menurutnya pendidikan
merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka
pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah
kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.
3.
M.J. Langeveld:
Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah
kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan
tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila.
Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan
tanggung jawab.
4.
Prof. Herman H.
Horn: Beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses dari penyesuaian
lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang
bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar,
intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
5.
Driyarkara:
Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani.
6.
Stella van
Petten Henderson: Pendidikan yaitu suatu kombinasai dari pertumbuhan dan
perkembangan insani dengan warisan sosial.
7.
Kohnstamm dan
Gunning: Pendidikan merupakan suatu pembentukan hati nurani manusia, yakni
pendidikan ialah suatu proses pembentukan dan penentuan diri secara etis yang
sesuai dengan hati nurani.
8.
Horne:
Menyatakan bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan secara terus menerus
dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara
fisik dan mentalnya.
- Ahmad D. Marimba. Pendidikan merupakan
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
keperibadian yang utama.
10.
Ki Hajar
Dewantara: Menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya[3].
Pendidikan:
Kata dasar
pendidikan adalah kata didik. Didik berarti memelihara dan memberi latihan
tentang akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan memiliki arti
proses pengubahan siakp dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan[4].
Pendidikan
dalam arti yang sederhana merupakan suatu usaha untuk membina keperibadiannya
sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa. Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental.
Analisis :
pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada perkembangan anak untuk kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hiduonya sendiri tidak dengan bantuan orang
lain.w
3.
Pandangan aliran tentang pendidikan:
a. Aliran
nativisme
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis
(pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah
membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini,
bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa
aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata
dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya
pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar[5].
b. Aliran empirisme
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme.
Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi
yang dibawa lahir manusia. Dengan kata lain bahwa manusia itu lahir dalam
keadaan suci, tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa
hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan. Dalam
teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition
yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari
dunia sekitarnya berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam
bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan[6].
c. Aliran naturalisme
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan dan
juga milieu (lingkungan). Namun demikian, ada dua pandangan besar mengenai hal
ini. Pertama disampaikan oleh Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya
manusia baik, namun jika ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh
lingkungannya. Kedua, disampaikan oleh Mensius yang berpendapat bahwa pada
dasarnya manusia itu jahat. Ia menjadi manusia yang baik karena bergaul dengan
lingkungannya (Ahmadi dan Uhbiyati, 1991: 296). Dua pendapat ini jelas memiliki
perbedaan yang sangat mendasar. Satu sisi memandang sisi jahat manusia
bersumber dari lingkungan, sementara pendapat lain menyatakan bahwa sisi jahat
itu sendiri yang justru berada pada diri manusia. Namun, jika memperhatikan dua
pendapat ini memiliki sisi kebenaran yang sama jika ditilik dari sudut genetis.
Memang, jika melihat faktor ini. Manusia yang secara genetis tidak baik, maka
ia akan menjadi manusia yang seperti ini, begitupun sebaliknya.
d. Aliran konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat
menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya
memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada
pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu
menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia
yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi
bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Analisis:
Aliran nativisme : perkembangan seseorang ditentukan oleh bawaan
sejak ia dilahirkan
Aliran empirisme: semua pengetahuan
yang diperoleh manusia merupakan hasil dari pengalaman manusia.
Aliran naturalisme: aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori
nativisme
Aliran konvergensi: kepribadian manusia tergantung pada pendidikan,
pembawaan, an lingkungan.
4.
Kapan pendidkan
dimulai:
Pendidikan dimulai
dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu
pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan
yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan
adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni diperlukan adanya kesadaran
mental dari si terdidik.
Dari segi
psikologis usia 3 – 4 tahun dikenal sebagai masa berkembang atau masa krisis,
dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidak patuhan yang
sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya.
Disini pulalah mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya
sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuh kembangkan motivasi anak dalam
perilakunya ke arah tujuan pendidikan.
Kapan pendidikan berakhir:
Sebagaimana
sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak berlangsung untuk
pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan itu berlangsung
untuk terakhir.
Sehubungan dengan
itu, perlu suatu kehati-hatian kalau juga ingin mengatakan bahwa sepanjang
tatanan yang berlaku, proses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat
alamiah. Titik akhir bersifat prinsipel
dan tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan
secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai pandangan
hidupnya. Pada kondisi yang disebutkan di atas pendidikan sudah tidak menjadi
masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri, tetapi tidaklah dapat
disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam
bidang-bidang tertentu dalam memajukan kehidupanya, bantuan pendidikan yang
demikian itu disebut pembentukan manusia dewas[7]a.
Analisis:
Pendidikan akan
tetap berjalan, ada,dan tak akan pernah pudar selama hidup terus berjalan.
5.
Konsep :
a.
pendidikan
pendahuluan:
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi
oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.
Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air (wilayah Nusantara) dan kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta
berpijak pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap
warganegara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan kedaulatan negara,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan
yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
b.
pendidikan
sebenarnya:
Dalam proses pendidikan itu sendiri kualitas tertentu harus dicapai
seperti sikap, kemampuan, kesadaran, keberanian, perilaku, kreativitas,
karakter, disiplin, efektifitas, efisiensi, kesetian, pikiran dan perbuatan
baik, niat baik, kerja keras, kejujuran, rendah hati, inovatif, menyenangkan,
cinta, keterampilan kepemimpinan, kekuatan mental, optimisme, kesabaran, tepat
waktu, ketulusan, toleransi, kesoponan dan lain-lain.
c.
Pendidikan
orang dewasa:
Menurut Reeves, et al, pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha
yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan individu tanpa paksaan
legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang
sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar
yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam
pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan. Beberapa tugas dilakukan
dalam POD (Pendidikan Orang Dewasa). Tugas-tugas yang harus dilakukan dalam
penyelenggaraan POD adalah :
1.
Tugas sebagai
guru (fasilitator)
2.
Tugas sebagai pengembang program (Program
Developer)
3.
Tugas sebagai
pengelola (administration)
4.
Tugas sebagai
konselor (Conselor)[8]
d.
Pendidikan
seumur hidup:
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh
filosof dan pendidik Amerika yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian
dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long
Education. Menurut John Dewey, pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena
itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak
pernah berakhir[9].
Analisis:
Merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
terus-menerus dari bayi sampai meninggal.
6.
Siapa pendidik
itu:
Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (2))
Syarat-syarat pendidik:
a.
Merasa
terpanggil sebagai tugas suci
ini sudah tentu, kalau menjadi
pendidik kok masih selalu berhitung dengan hal materialistis, jiwa pendidiknya
tidak akan baik.. ini juga tentu berkaitan dengan dunia pendidikan baik itu
sekolah, pondok pesantren, madrasah atau universitas, (please deh) jangan
materialistis.. kalau mereka mampu menunjukkan kualitasnya baik, insya Allah
peserta didik tuh tahu diri kok, bakal ngasih berapapun yang dimau asalkan
anaknya dididik dengan baik.. para ustadz juga bisa belajar dari sini, jangan
materialistis, jangan menyulitkan masyarakat yang ingin belajar dengan
‘memasang tarif’ terlalu tinggi..
b.
mencintai dan
mengasih sayangi peserta didik
apa jadinya jika pendidik tidak
sayang dengan peserta didiknya? pendidikan nggak akan sukses. maka didiklah
dengan penuh kasih sayang, kalau perlu dituntun, jangan ogah-ogahan untuk
menuntunnya.. kalau perlu diberi motivasi, ya dikasih motivasi.. kalau perlu
dikasih hadiah, kasihlah hadiah.. dan kalau salah, dikasih hukuman yang
mendidik..
c.
Mempunyai rasa
tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya
banyak lho pendidik yang lepas
tanggung jawab terhadap apa yang disampaikannya, lihat aja berapa banyak buku
yang menuliskan kata-kata ‘penulis tidak bertanggung jawab atas muatan isi
buku’ atau ‘tidak bertanggung jawab atas efek yang timbul’ dan lainnya.. ini
kan pendidik yang bertanggung jawab.. kudune pendidik tuh ya bertanggung jawab
atas apa yang disampaikannya dan sebisa mungkin bertanggung jawab atas akhlaq
peseta didiknya.. ingat, ini pendidikan, bukan sebatas pengajaran.. tujuan
pendidikan itu menaikkan taraf hidup, akhlaq, budi pekerti, pengetahuan dll.
d.
memiliki
pengetahuan lebih
jangan mentang-mentang sudah rampung SMA
kemudian merasa berhak untuk mengajar SMA, tanpa mau belajar lagi.. bukan
sebatas selangkah lebih pandai dari peserta didiknya.. tapi dua langkah, tiga
langkah atau sepuluh langkah di depan peserta didik.. pendidik juga kudu
belajar, bahkan porsi belajar bagi pendidik seharusnya lebih besar dibanding
peserta didiknya.
e.
mengimplisitkan
nilai dalam pengetahuannya
pendidikan itu bukan sebatas apa
yang tertulis dalam buku, namun juga apa yang tertanam dalam jiwa, apa yang
tampak dari perilaku, itu yang lebih penting dari sebuah pendidikan.. dan
pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab atas terwujudnya hal itu
f.
bersedia menularkan pengetahuan beserta
nilainya kepada orang lain
nah.. ini nih.. pendidik itu kudu
punya jiwa berbagi, nggak pelit..
kewajiban (gezag):
gezag berasal dari
kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan
mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai atau kewibawaan/gezag terhadap
orang lain.
Gezag atau
kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang tua. Dapat kita katakan
bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) itu adalag asli. Orang
tua dapat langsung mendapat tugas dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak
dapat dicabut karena terkait oleh kewajiban. Hak dan kewajiban yang ada pada orang
tua itu keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan[10].
Gezag merupakan
syarat yang harus ada pada pendidik dan karena pendidikan untuk membawa anak
didik kepada kedewasaan, maka kewajiban itu termasuk alat pendidikan.
Apa fungsi kewibawaan dalam pendidikan:
a.
Mempengaruhi
anak untuk menuju kedewasaan
b.
Membantu anak
menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan
berdiri sendiri
c.
Membawa anak
kearah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain
dan mau menjalankannyajuga
d.
Anak akan
mengerti bahasa untuk menerima petunjuk-petunjuk tentang apa yang diperbolehkan
dan apa yang tidak diperbokehkan oleh pendidik
e.
Membuat sianak
mendpat nilai-nilai dan norma-norma hidup
f.
Pendidik dapat
menjalankan kewajibannya atas dasar cinta
g.
Perputaran
masyrakat menjadi baik
h.
Anak-anak akan
berkembang jasmani dan rohaninya
i.
Keluarga dapat
terpelihara dan selamat
kewibawaan
pendidik adalah kepatuhan peserta didik secara sadar dan sukarela terhadap
nasihat dan peraturan yang ditetapkan baik oleh agama, adat istiadat ,keluarga,
pendidikan dan kurikulum.
Analisis:
Merupkan tenaga
profesional yang bertigas merencanakan dan melakasanakan proses pembelajaran.
Pendidik harus memiliki kewibawaan , merasa terpanggil sebagai tugas suci,
mencintai dan mengasihi peserta didik, mempunyai rasa tanggung jawab, dan
memiliki pengetahuuan lebih.
Kewibawaan
merupakan syarat yang harus ada pada pendidik dan karena pendidikan untuk
membawa anak didik kepada kedewasaan, maka kewibawaan itu termasuk alat pendidik.
7.
Perbedaan guru
yang berwibawa dan tidak berwibawa
cara membedakannya
dapat dilihat dari ciri-ciri seorang guru yang berwibawa, jika tidak memeliki
ciri-ciri tersebut maka guru tersebut tidak berwibawa, berikut ciri-ciri guru
berwibawa: Ciri - ciri guru yang berwibawa :
1. Menghormati siswa dan tidak membuat mereka runtuh mentalnya
dengan perkataan yang negatif dan memojokkan.
2. Melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.
3. Mendengarkan mereka saat mereka berbicara pada anda. Tidak berteriak
marah jika mereka berbuat sesuatu yang mungkin menurut anda adalah sebuah
kesalahan.
4. Adil, mudah diajak berkomunikasi, selalu ada saat mereka
membutuhkan, selalu mendukung.
5. Saat mengajar tidak tegang, dan melakukan pembelajaran yang
menyenangkan dengan berbagai macam cara dan metode.
6. Jelas, saat menerangkan sesuatu dikelas kepada mereka, artinya
memang tidak mudah berbicara dalam bahasa mereka. Namun ketahuilah lebih berat
untuk mereka untuk memahami anda dibandingkan sebaliknya.
7. Jangan menyerah terhadap mereka.
8. Guru menjadi seseorang yang ditunggu - tunggu dalam kelas
(disamput dengan senang ketika beliau masuk)
9. Memberi contoh yang baik
10.Selalu dihormati dan dihargai[11]
Analisis:
Guru yang berwibawa mampu untuk mempengaruhi dan menguasai anak
didik.
8.
Siapa anak didik itu:
Anak
didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan pertumbuhan
menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarakan
UUSPN Nomor 2 Tahun 1989; peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Siapa anak
didik dalam :
Pendidikan pendahuluan: Seluruh
rakyat suatu negara ( saat umur 0-4 tahun)
Pendidikan sebenarnya: Semua peserta
didik (saat umur 4-dewasa)
Pendidikan orang dewasa: Orang
dewasa (saat dewasa-meninggal)
Pendidikan seumur hidup: Seluruh
manusia
Analisis:
Anak
didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan dan
ilmu, bimbingan dan pengarahan.
9.
Anak didik
sebagai :
Homo sapien: makhluk yang berbudi
Homo faber: makhluk yang kreatif , pekerja
Homo sosius: makhluk yang dapat hidup bermasyarakat, bukan
bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba.
Homo ekonomekus: makhluk yang rasional dan berkebebasan dalam
menentukan pilhan-
pilihan yang ada untuk mencapai tujuan tertentu.
Homo devinand: makhluk yang menjadi khalifah Allah
Homo religius: makhluk yang membutuhkan kelengkapan rohaniah untuk
menenangkan jiwanya yang cendrung tidak pernah puas
dengan tuntutan kebutuhan materi setiap harinya.
Analisis:
Manusia itu adalah makhluk yang monopluralis, artinya terdiri dari
banyak segi tetapi merupakan satuan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
10.
Apa itu tujuan:
Untuk mengubah segala macam kebiasaan buruk yang ada dalam diri
manusia menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama masa hidup, dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang mampu bersaing dan
menjawab berbagai tantangan di masa depan[12].
Tujuan harus ada dalam usaha pendidikan:
Pendidikan sebagai sebuah usaha sadar tentunya memerlukan tujuan
yang dirumuskan. Karena tanpa tujuan, maka pelaksanaan pendidikan akan
kehilangan arah. Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta
mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan lainnya.
Dasar dari tujuan:
Landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan
perubahan sikapdan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak
terbatas pada lingkungan sekolah,
sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak
ditemui disekolah.
Hubungan dasar dan tujuan pendidikan;
Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang fundamental
dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak
dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan kearah mana anak
didik akan dibawa.
Analisis:
Sesuatu yang ingin
dicapai melalui kegiatan pendidikan
11.
Hirarchi tujuan
pendidikan
1.
Tujuan
Pendidikan Nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai dan didasari oleh
falsafah negara Indonesia (didasari oleh pancasila). Tujuan pendidikan nasional
yaitu tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada
jalur pendidikan formal, informal, dan nonformal dalam konteks pembangunan
nasional. Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk “berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab” (Bab II Pasal
3 UU RI No. 20 Tahun 2003)[13].
2.
Tujuan
Institusional/ Lembaga merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah
atau lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari
tujuan pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan
institusionalnya sendiri-sendiri. Tidak seperti tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional lebih bersifat konkret. Tujuan institusional ini dapat
dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.
3.
Tujuan
Kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini
dapat dilihat dari GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran) setiap bidang
studi. Tujuan kulikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional sehingga
komulasi dari setiap tujuan kulikuler ini akan menggambarkan tujuan
institusonal. Artinya, semua tujuan kulikuler yang ada pada suatu lembaga
pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional yang bersangkutan.
4.
Tujuan Instruksional/Tujuan
Pembelajaran adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini sering kali dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:
a.
Tujuan
Instruksional Umum : Tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum
dan belum dapat menggambarkan tingkah
laku yang lebih spesifik. Tujuan instruksional
umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok
bahasan suatu bidang studi
yang ada di dalam GBPP.
b.
Tujuan
Instruksional Khusus : Penjabaran dari tujuan Instruksional umum. Tujuan
ini dirumuskan oleh guru dengan maksud
agar tujuan instruksional umum tersebut
dapat lebih dispesifikasikan dan mudah
diukur tingkat ketercapaiannya.
Analisis:
Hirarchi tujuan
pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsan
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepadaTuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.
[2] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2014), Hlm 6
[3] https://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html
[5] https://situgastik.wordpress.com/2014/01/19/aliran-aliran-dalam-pendidikan/ di akses pada tanggal 19 November 2016
[6] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,(Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2014),Hlm.59
[7] http://amellooows.blogspot.co.id/2012/12/mengapa-manusia-perlu-dididik.html
di akses pada tanggal 19 November 2016
[8] http://pgsdberbagi.blogspot.co.id/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html
[9] Mochtar
Bukhori, Pendidikan dalam Pembangunan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya, 1994), hlm.25
[10] http://rouzainu.blogspot.co.id/2015/06/kewibawaan-dalam-pendidikan_6.html
[11] https://rafiqjauhary.com/2013/11/24/syarat-menjadi-seorang-pendidik-adalah/
di akses pada tanggal 19 November 2016
[12] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo,1996)
[13] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2014)Hlm, 40
Assalamu'alaikum izin save ya kak
BalasHapus