makalah manajemen perubahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pepatah mengatakan
bahwa sesuatu yang paling abadi di dunia adalah perubahan. Tiada sesuatu yang
bertahan statis di dunia ini, segalanya mengalami perubahan, demikian pula
halnya dengan kondisi masyarakat juaga mengalami perubahan, itulah sebabnya
setiap organisasi/lembaga termasuk sekolah/madrasah juga harus memiliki
kemampuan untuk berubah. Hanya perubahan itu sendirilah yang akan abadi.[1]
Perubahan tidak dapat
dielakkan dalam kehidupan manusia. Perubahan merupakan bagian yang sangat
penting dari suatu organisasi. Dimulai oleh dunia usaha yang lebih dulu
menyadari pentingnya perubahan bagi peningkatan kualitas produksi yang
dihasilkan. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk
memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan.
Perubahan mempunyai
manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka
dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan
bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam
menghadapi perkembangan jaman, kemajuan teknologi adalah peningkatan pola
perubahan organisasi menuju perkembangan yang berkualitas
Melihat pentingnya
fungsi manajemen perubahan, artinya memahami dan menerapkan strategi untuk
melakukan perubahan dan perkembangan kehidupan khususnya dimulai dari dunia
pendidikan yang menjadi salah satu faktor akan berubahnya sosial, ekonomi, dan
lain sebagainya dalam suatu negara.
B.
Rumusan masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan manajemen perubahan?
2. Apa
saja penyebab perubahan?
3. Apa
saja tujuan perubahan?
4. Apa
saja tahap-tahap manajemen perubahan?
5. Apa
saja strategi perubahan?
6. Apa
saja problem perubahan dan bagaimana mengatasinya?
C.
Tujuan pembahasan
1. Mengetahiu
definisi manajemen perubahan
2. Mengetahui
penyebab perubahan
3. Mengetahui
tujuan perubahan
4. Mengetahui
tahap-tahap perubahn
5. Mengetahui
strategi perubahan
6. Mengetahui
problem perubahan dan cara mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Perubahan
Manajemen
perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang
ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat
terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi
tersebut. Manajemen perubahan merupakan suatu proses secara sistematis dalam
menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk
mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari perubahan
tesebut.[2]
B. Penyebab Perubahan
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya
perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu: faktor eksternal dan internal.
1.
Faktor eksternal
Faktor eksternal
ialah penyebab perubahan yang berasal dari luar sekolah atau sering disebut
lingkungan. Sekolah sebagai organisasi modern menganut asas sistem terbuka.
Konsekuensinya, sekolah harus responsif terhadap berbagai perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Dalam kenyataannya, banyak sekali penyebab perubahan
yang termasuk faktor eksternal, antara lain: teknologi,
pemerintah, tuntutan pasar, dan arus globalisasi.
Perkembangan dan
kemajuan teknologi merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan pada
hampir semua jenis organisasi, termasuk sekolah. Berbagai temuan teknologi
(misalnya ict) memaksa sekolah untuk menerapkannya, baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam mendukung proses administrasi. Penerapan temuan
teknologi tersebut menyebabkan perubahan
dalam berbagai hal, misalnya prosedur kerja yang dilakukan, jumlah, kompetensi,
dan kualifikasi sdm yang diperlukan,
sistem penggajian yang diberlakukan, dan bahkan kadang-kadang struktur organisasi
yang digunakan. Penggunaan peralatan baru bisa juga menyebabkan berkurangnya
bagian-bagian yang ada atau berubahnya
pola hubungan kerja antara karyawan.
Sekolah juga
terselenggara di tengah-tengah masyarakat yang menganut sistem pemerintahan
tertentu. Konsekuensinya, sekolah harus tunduk kepada berbagai peraturan
pemerintah yang berlaku. Jika suatu saat pemerintah memberlakukan aturan baru
maka sekolah harus melaksanakannya dengan kemungkinan melakukan perubahan
internal sesuai dengan isi peraturan baru tersebut. Peraturan itu dapat saja
menyangkut input, mekanisme kerja, persyaratan kualifikasi dan kompetensi sdm,
maupun kompetensi lulusan yang
dihasilkan. Peraturan apapun yang pada akhirnya diberlakukan di sekolah, harus
dilaksanakan dengan cara dan strategi yang paling efisien.
Sebagaimana
organisasi yang lain, sekolah juga merupakan lembaga pelayan masyarakat yang
keberadaannya dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu produk (dalam hal ini lulusan) yang
dihasilkan harus senantiasa menyesuaikan dengan tuntutan pelanggan/pasar. Pada
kenyataannya tuntutan pasar terkait dengan jumlah maupun kompetensi lulusan
senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menghadapi kondisi seperti
itu mau tidak mau sekolah harus mengakomodasi jika ingin lulusannya diterima
pasar.
Akhir-akhir ini
tuntutan untuk mengikuti arus globalisasi tidak mungkin dibendung lagi. Sekolah
sebagai lembaga yang menyiapkan sdm yang nantinya akan terjun ke pasar global
sudah tentu harus tanggap terhadap
tuntutan itu. Itulah sebabnya berbagai strategi dan kebijakan yang dianggap
sesuai, ditempuh oleh sekolah seperti penerapan iso, total quality management, peningkatan kualifikasi dan kompetensi
guru, dan sejenisnya. Penerapan berbagai kebijakan sperti itu akan mengubah
secara signifikan kondisi internal sekolah, khususnya menyangkut mekanisme
kerja organisasi.
2.
Faktor internal
Faktor internal
adalah penyebab dilakukannya perubahan yang berasal dari dalam sekolah yang
bersangkutan, antara lain:
a.
Persoalan
hubungan antar komponen sekolah.
b.
Persoalan
terkait dengan mekanisme kerja.
c.
Persoalan
keuangan.
Hubungan antar
komponen sekolah yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Problem ini dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu (1) problem yang
menyangkut hubungan atasan-bawahan (bersifat vertikal), dan (2) problem yang
menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (bersifat
horizontal). Problem atasan-bawahan yang sering timbul menyangkut pengambilan
keputusan dan komunikasi. Problem-problem yang bersumber dari keputusan
pimpinan, dapat menyebabkan munculnya berbagai perilaku negatif pada
bawahan yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya sering terlambat datang, sering absen, mangkir, dan
sejenisnya. Sampai pada titik tertentu, problem semacam itu dapat menyebabkan
munculnya unjukrasa sehingga memaksa pimpinan untuk mengambil tindakan yaitu
mengubah keputusan yang diambil atau justru menindak bawahan yang berunjukrasa. Komunikasi antara
atasan dan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri
mungkin baik (dalam arti dapat diterima oleh bawahan) tetapi karena terjadi
salah informasi (miscommunication), bawahan
menolak keputusan pimpinan. Dalam kasus seperti itu perubahan yang dilakukan
akan menyangkut sistem saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering
timbul berkaitan dengan hubungan sesama anggota (warga sekolah) pada umumnya
menyangkut masalah komunikasi (kurang lancar
atau macetnya komunikasi antar warga), dan juga menyangkut masalah
kepentingan masing-masing warga. Persoalan seperti itu sering menimbulkan
konflik antar warga sehingga perlu dilakukan perubahan, misalnya dalam hal
jalur komunikasi atau bahkan struktur organisasi yang digunakan.
Di samping berbagai
persoalan di atas, mekanisme kerja yang berlangsung dalam sebuah sekolah
kadang-kadang juga merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang
timbul dapat menyangkut masalah sistemnya sendiri dan dapat pula terkait dengan
perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Pola kerjasama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya terlalu bebas misalnya, dapat menyebabkan suatu
organisasi menjadi tidak efisien. Sistem yang terlalu kaku menyebabkan hubungan
antar anggota menjadi impersonal yang
mangakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya menurunkan
produktivitas kerja. Demikian juga halnya jika sistem yang digunakan terlalu
bebas. Perubahan yang harus dilakukan dalam hal ini akan menyangkut struktur
organisasi yang digunakan. Dengan
mengubah struktur, pola hubungan antar anggota akan mengalami perubahan.
Pengoperasian
sebuah lembaga pendidikan sudah barang tentu memerlukan uang. Kesulitan
keuangan yang dialami sekolah kadang-kadang juga memaksa untuk dilakukannya
perubahan, misalnya penciutan daerah operasi, rasionalisasi, perubahan struktur
organisasi, dan sebagainya.[3]
C. Tujuan Perubahan
1.
Mempertahankan keberlangsungan hidup organisasi baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
2.
Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan internal yang meliputi perubahan strategi korporasi, tenaga kerja,
teknologi dan peralatan yang digunakan dan sikap-sikap karyawan, maupun
lingkungan eksternal organisasi seperti perubahan pasar konsumen, teknologi,
peraturan dan hukum pemerintah serta lingkup ekonomi global.
3.
Memperbaiki efektivitas di dalam organisasi agar mampu
bersaing di pasar ekonomi modern yang meliputi perbaikan efektivitas tim kerja
dan perbaikan struktur dan sistem organisasi dalam hal ini terkait implementasi
strategi.[4]
D.
Tahap-Tahap Perubahan
Tahapan
(langkah-langkah) yang harus ditempuh dalam mengadakan perubahan sekolah adalah
sebagai berikut:
a.
Menyadarkan
seluruh warga sekolah bahwa perubahan tertentu perlu dilakukan(unfreezing).
b.
Melaksanakan
perubahan/menerapkan sesuatu yang baru (changing).
c.
Menstabilkan
situasi setelah perubahan dilaksanakan (refreezing).
Tahap pertama ialah menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya perubahan. Tahapan ini berkenaan dengan faktor manusianya, dalam hal
ini seluruh warga sekolah. Manusia
memegang posisi kunci dalam proses perubahan. Mereka dapat merupakan
kunci keberhasilan tetapi sebaliknya dapat juga merupakan faktor penyebab
gagalnya perubahan yang dilakukan. Oleh karena itu faktor manusianya harus terlebih
dahulu disiapkan dengan baik sebelum perubahan dilaksanakan.
Setelah anggota menyadari arti pentingnya perubahan
yang hendak dilakukan, barulah perubahan yang sesungguhnya dilaksanakan.
Konsekuensi dari perubahan tersebut bisa sangat beragam, mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Saat-saat perubahan berlangsung, sekolah berada
dalam kondisi kritis dan sering terjadi chaos karena aturan yang lama sudah
ditinggalkan/tidak berlaku lagi tetapi aturan yang baru belum berjalan dengan
sempurna. Kondisi seperti itu wajar
karena memang sedang dalam masa transisi. Penerapan sesuatu yang baru dapat
saja diikuti dengan perubahan sikap dan tingkahlaku warga sekolah.
Tahapan berikutnya ialah mengembalikan sekolah
kepada situasi yang normal kembali. Setelah perubahan dilaksanakan, berbagai
aturan baru diberlakukan secara penuh, demikian juga para anggota diharapkan
bersikap dan bertingkahlaku sesuai kondisi organisasi yang baru. Jika pada
tahapan pertama kondisi yang sudah stabil sengaja ’dibuka’ sehingga siap
menerima perubahan, maka pada tahapan yang terakhir ini kondisi yang berubah
tadi ’ditutup’, agar stabil kembali.
Secara lebih rinci,
wallace dan szilagyi mengemukakan bahwa proses perubahan organisasi yang
direncanakan (planned change) mencakup
enam tahapan, yaitu:
a.
Dirasakannya
kebutuhan untuk melakukan perubahan
b.
Pengenalan
bidang permasalahan
c.
Identifikasi
hambatan
d.
Pemilihan
strategi perubahan
e.
Pelaksanaan
f.
Evaluasi
E.
Strategi
Perubahan
Harold Levitt mengemukakan bahwa
dalam rangka melaksanakan perubahan organisasi ada empat macam strategi yang
dapat dipilih, yaitu :
1.
Perubahan
struktur organisasi.
Perubahan
struktur berkenaan dengan pola hubungan kerja antar anggota. Sebagai contoh
perubahan dari pola sentralisasi ke dalam desentralisasi atau sebaliknya,
perubahan dari bentuk fungsional ke bentuk matrik, perubahan dari struktur yang
memiliki tingkat formalitas tinggi ke tingkat formalitas rendah, dan
sebagainya.
2.
Perubahan
teknologi.
Perubahan
teknologi terutama berkaitan dengan proses dan metode kerja yang digunakan,
misalnya penggantian sistem manual dengan mesin, penggunaan komputer, dan
penggunaan ICT.
3.
Perubahan
tugas.
Perubahan
tugas berkaitan dengan perubahan jenis, macam, maupun jumlah satuan tugas yang
dikerjakan anggota. Termasuk dalam katagori ini misalnya mutasi kerja, rotasi
kerja, dan penambahan serta pengurangan tugas-tugas yang dibebankan kepada
anggota.
4.
Perubahan
manusianya.
Perubahan
manusianya ialah perubahan organisasi yang menyangkut faktor orang dalam
kedudukannya sebagai warga sekolah. Termasuk dalam katagori ini misalnya
program-program latihan, penataran, bimbingan & konseling, dan pemecahan
masalah (problem solving).
F.
Problem Pelaksanaan Perubahan Dan Cara Mengatasinya
Nadler mengemukakan
bahwa dalam upaya melaksanakan perubahan organisasi terdapat tiga problem yang
dihadapi, yaitu :
a.
Resistensi
atau penolakan terhadap perubahan,
Yang dimaksud
resistensi terhadap perubahan ialah bahwa orang (anggota) cenderung
menolak perubahan dan berusaha
mempertahankan status dan kenyamanan
kerja sebagaimana yang telah mereka peroleh sebelumnya. Perubahan akan membawa
mereka kepada situasi yang kacau sehingga menimbulkan kecemasan. Berbagai
kemudahan yang mereka peroleh selama ini juga terancam hilang, setidaknya
mengalami perubahan. Mereka sudah terbiasa dengan lingkungannya, menjalin
hubungan baik dengan teman-teman sejawat dan juga pimpinannya. Perubahan
organisasi akan merusak berbagai hubungan yang sudah terjalin tersebut. Kecuali
itu anggota yang sudah memiliki kedudukan dan kekuasaan tertentu merasa
terancam pula dengan adanya perubahan organisasi. Dalam situasi yang baru nanti
tidak ada jaminan bahwa mereka akan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi atau
setidak-tidaknya sama dengan apa yang mereka dapatkan dalam kondisi lama. Dari
berbagai alasan itulah maka anggota cenderung menolak perubahan organisasi.
b.
Pengawasan
organisasi
Dalam situasi
yang normal (sebelum perubahan dilaksanakan) pengawasan mudah dilakukan sebab
jalurnya sudah pasti sebagaimana tergambar pada struktur organisasi. Akan
tetapi dengan adanya perubahan, situasinya menjadi lain. Organisasi diliputi
suasana kacau, paling tidak selama masa transisi. Dalam keadaan seperti itu
sukar memantau tingkahlaku dan penampilan anggota. Dengan demikian sukar pula
melakukan tindakan perbaikan jika ternyata terjadi penyimpangan. Mekanisme
pengawasan sebagaimana tergambar dalam struktur organisasi hanya dapat
dilakukan dengan efektif pada situasi yang stabil. Dalam masa transisi belum
jelas benar siapa mengawasi siapa atau siapa bawahan siapa karena strukturnya
mengalami perubahan.
c.
Kekuasaan
Pada umumnya
dalam sebuah organisasi (termasuk sekolah) terdapat kelompok-kelompok informal
yang memiliki ’kekuasaan’ dalam mengendalikan organisasi. Kelompok-kelompok
seperti itu memiliki pengaruh yang besar terhadap pimpinan dan ikut mewarnai
kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi. Aktivitas kelompok-kelompok
seperti itu cenderung bersifat politis daripada rasional organisatoris. Mereka
sudah memiliki ’kedudukan’ yang mapan dalam struktur yang berlaku. Dengan
adanya perubahan organisasi, suasana menjadi kacau sehingga kedudukan mereka
terancam. Akibatnya para anggota dan juga kelompok-kelompok yang ada saling
berebut pengaruh agar dapat menduduki posisi kunci dalam struktur yang baru nanti.
Situasi seperti itu dapat menyebabkan tujuan perubahan itu sendiri tidak
tercapai, atau setidak-tidaknya mengurangi keefektifan pencapaian tujuan
perubahan.
Cara
mengatasinya yaitu:
a.
Problem
resistensi diperlukan tindakan penyadaran bagi anggota akan arti pentingnya
perubahan dalam rangka peningkatan keefektifan organisasi. Dengan demikian
timbul motivasi anggota untuk berpartisipasi aktif dan positif dalam program
perubahan yang dilaksanakan.
b.
Problem
pengawasan, perlu dilakukan persiapan khusus selama berlangsungnya masa
transisi sehingga situasi tidak menentu yang terjadi pada masa itu dapat
terkendali.
c.
Problem
kekuasaan, perlu diciptakan mekanisme politik yang dinamis dan sehat sehingga
sanggup mendukung pelaksanaan program perubahan organisasi.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen perubahan adalah upaya yang dilakukan
untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan
dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal
dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut, tujuannya yaitu untuk
keberlangsungan suatu organisasi dalam menjalani perubahan yang ada
dilingkungan dan efektivitas di dalam
organisasi.
Tahapan
(langkah-langkah) yang harus ditempuh dalam mengadakan perubahan sekolah adalah:
(unfreezing), (changing) dan (refreezing).
Secara lebih rinci,
wallace dan szilagyi mengemukakan bahwa proses perubahan organisasi yang
direncanakan (planned change) mencakup
enam tahapan, yaitu: dirasakannya kebutuhan untuk melakukan perubahan,
pengenalan bidang permasalahan,
identifikasi hambatan, pemilihan strategi perubahan,
pelaksanaan, dan evaluasi
Strategi perubahan organisasi yang dikemukan oleh Harold Levitt empat macam, yaitu : perubahan struktur organisasi,
perubahan teknologi, perubahan tugas, dan perubahan manusianya.
Problem perubahan menurut Nadler ada tiga, yaitu: Resistensi atau penolakan terhadap perubahan,
Pengawasan organisasi, dan kekuasaan cara mengatasinya yaitu perlu
ditumbuhkan motivasi untuk melakukan perubahan, perlu pengelolaan masa
transisi, dan perlu diciptakan dinamika politik yang mendukung perubahan.
B.
Kritik dan Saran
Saya menyadari sepenuhnya masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan dari segi penulisan maupun
pembahasan, oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin
dkk. 2010. Manajemen Pendidikan. Jakarta:
Fajar Interpratama Offset.
Wibowo.
2006 Pengantar Manajemen Perubahan,
Pemahaman Tentang Mengelola Perubahan dalam Manajemen. Bandung:
LFABETA.
Indrawan. Dwi
Putra. Manajemen Perubaha. Diakses Tanggal 12 Mei 2017 di
http://indrawandp.blogspot.co.id/2013/10/manajemen-perubahan.html
Muhyadi. Manajemen Perubahan. Diakses Tanggal 12 Mei 2017 di
http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-muhyadi
[2] Wibowo, Pengantar Manajemen Perubahan, Pemahaman
Tentang Mengelola Perubahan dalam Manajemen, (Bandung: Lfabeta, 2006),
hlm. 36
[3] Muhyadi. Manajemen Perubahan. Diakses Tanggal 12 Mei 2017 di
http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-muhyadi
[4] Indrawan. Dwi Putra. Manajemen
Perubaha. Diakses Tanggal 12 Mei 2017 di
http://indrawandp.blogspot.co.id/2013/10/manajemen-perubahan.html
[5] Muhyadi. Manajemen Perubahan. Diakses Tanggal 12 Mei 2017 di
http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-muhyadi
Komentar
Posting Komentar