MAKALAH ILMU PENDIDIKAN "BATAS-BATAS PENDIDIKAN"
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah .................................................................................. 1
C.
Tujuan pembahasan ............................................................................... 1
BAB II
BATAS-BATAS
PENDIDIKAN
A.
Pengertian
Batas-Batas Pendidikan ...................................................... 3
B.
Batas-Batas Awal
Pendidikan............................................................ .. 3
C.
Batas-batas
akhir pendidikan ................................................................ 5
D.
Faktor-Faktor Yang
Membatasi Kemampuan Pendidikan.................. .. 6
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN................................................................................... .. 9
B.
SARAN................................................................................................ .. 9
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, khususnya anak. Anak secara
umum memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa.
Anak adalah anggota keluarga, di
mana orang tua adalah pemimpin keluarga, sebagai penanggung jawab atas
keselamatan keluarganya di dunia dan khususnya di akhirat. Orang tua tanpa ada
yang memerintah langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik bersifat sebagai
pengasuh, sebagai pembimbing maupun sebagai guru terhadap anak-anaknya. Selain
orang tua sebagai wadah pendidikan informal dalam keluarga, ada lembaga
pendidikan yang lain seperti lembaga pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan dalam hal ilmu tidak
mempunyai batasan – batasan, tetapi yang dimaksud dalam batas pendidikan disini
ialah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir,[1]
yaitu dimulai dari kapan seseorang menempuh atau mulai berkecimpung dalam yang
namanya dunia pendidikan, sejak seseorang itu diciptakan kah ? ( dalam
kandungan ), sejak dilahirkan keduniakah ?
Disini kami akan mempertegas atau memperjelas apa yang
dimaksud batas-batas
pendidikan itu, dimulai sejak kapan pendidikan itu, dan berakhir sampai kapan
pendidikan itu pada diri seseorang.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud batas-batas pendidikan
?
2. Apa yang dimaksud batas-batas awal
pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud batas-batas akhir
pendidikan ?
4. Faktor-faktor apa yang membatasi
kemampuan pendidikan ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Agar pembaca mengetahui apa yang
dimaksud batas-batas pendidikan.
2. Agar pembaca mengetahui apa yang
dimaksud batas-batas awal pendidikan.
3. Agar pembaca mengetahui apa yang
dimaksud batas-batas akhir pendidikan.
4.
Agar
pembaca mengetahui factor-faktor apa yang membatasi kemampuan pendidikan.
BAB II
BATAS-BATAS PENDIDIKAN
A.
Pengertian batas-batas pendidikan
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
manusia. Pendidikan sebagai sebuah kegiatan, proses, hasil, dan ilmu, pada
dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan manusia seumur hidup (life long
education) guna memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai potensi dasar atau fitrah
sebagaimana diuraikan di atas harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan
terpadu melalui proses pendidikan seumur hidup.[2]
Pendidikan seumur hidup,
mempunyai ruang lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya seluruh kegiatan
pendidikan berlangsung seumur kehidupan manusia dan juga berlangsung dimana saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan
pembelajaran mencakup dan memadukan semua tahapan pendidikan
dan tidak berhenti pada seluruh kegiatan pendidikan masa persekolahan saja.
Jadi, pendidikan seumur hidup meliputi semua pola kegiatan pendidikan baik
formal, informal, maupun nonformal, baik kegiatan belajar yang terencana maupun yang bersifat insidental.[3]
Jika kita mempersoalkan batas-batas pendidikan, maka yang dimaksudkan
adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
Seperti pada
pendapat langeveld tentang batas-batas pendidikan pada prinsifnya sejasan
dengan pandangan tentang tingkatan atau periode-priode perkembangan anak
seperti yang dikemukakan oleh Prof. Kohnstanm dan Charlote Buhler.[4]
B.
Batas-batas awal pendidikan
Batas-batas awal pendidikan yaitu batas
dimana pendidikan itu dimulai. Beberapa pendapat mengenai batas awal pendidikan:
a.
Langeveld
Menurut Langeveld pendidikan itu dimulai saat anak mengenal kewibawaan,
yang dimaksud kewibawaan adalah adanya penurutan secara sukarela dari pihak
anak didik pada pendidikannya atas dasar keinsyafan dan tidak bersifat paksaan.
Sebelum anak mencapai umur tiga tahun anak belum mengenal kewibawaan itu
walaupun ia menurut pada perintah atau larangan orang tuanya (pendidik), tetapi
penurutan ini tidak atas dasar keinsyafan.
b.
Pendapat
J. J. Rousseau
Menurut J.
J. Rousseau batas pendidikan
ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan bersifat negative(batas awal) dalam arti
bertugas membiarkan saja perkembangan anak, pendidik jangan ikut campur dalam
perkembangannya, ini dimulai sejak anak lahir hingga umur 12 tahun.[5]
c.
Al-Abdori
Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam arti sesungguhnya setelah
berusia 7 tahun, oleh karena itu beliau mengeritik orang tua yang menyekolahkan
anaknya pada usia yang masih terlalu muda, waktu sebelum usia 7 tahun.
d.
Dr. Asma Hasan Fahmi
Mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat tentang
kapan anak mulai dapat di didik sebagian diantara mereka mengatakan setelah
anak berusia 4 tahun.
e.
Athiyah Al-‘Abrasy
Mengatakan anak di didik itu dimulai setelah anak berusia 5 tahun, yaitu
dengan membaca Al-Qur’ an, mempelajari Sya’ ir, sejarah nenek moyang dan
kaumnya, mengendarai kuda dan memanggul senjata.
f.
Zakiyah Derajat
Meninjau dari segi psikologi, beliau menjelaskan bahwa usia 3-4 tahun
dikenal sebagai masa pembangkang. Dari segi pendidikan justru pada masa itu
terbuka peluang ketidak patuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk
menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki
kesadaran batin atau motivasi dalam perilakunya. Di sini pula mulai terbuka
penyelenggaraan pendidikan artinya sentuhan – sentuhan pendidikan untuk
menumbuh kembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah-arah tujuan pendidikan.
Pendididkan itu dimulai dengan
pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan yang nyata, yaitu pada
minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan
sesungguhnya baru terjadi kemudian.
Pada
pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa ia harus
memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal
yang di ajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa diri
utama dari pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif
antara pendidik dan terdidik.
Oleh
karena itu manusia seyogyanya dibimbing dan diarahkan sejak awal pertumbuhannya
agar kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan sejak dini mempunyai
pengaruh amat besar sekali bagi kehidupan masa dewasa.[6]
C.
Batas-Batas Akhir Pendidikan
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan
sesungguhnya pendidikan anak berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pula sulitnya
menentukan kapan pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan
tersebut berkaitan erat dengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang
anak dalam hal-hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap
kekanak-kanakan. Disamping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan
dan keadaan kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo proses
kematangnnya. Kenyataan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat
menentukan pada umur berapa pendidikan manusia harus berakhir.
Sehubungan
dengan itu, perlulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin mengatakan bahwa
sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang
bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan tecapai bila seseorang manusia
muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta
melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya. Ia telah memiliki
kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpa kehidupan batiniyahnya dengan
berpegang dan mengembalikiannya pada dasar-dasar pedoman hidup yang kokoh. Pada
kondisi yang disebutkan diatas, pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia
telah dapat mendidik dirinya sendiri. Untuk menetapkan batas akhir pendidikan
perlu adanya criteria, bolehkah pendidikan diakhiri atau belum, antara lain :
1.
Telah dapat bertindak secara merdeka
untuk mandiri pribadi secara susila dan social
2.
Telah sanggup menyambut dan merebut
kedewasaan
3.
Telah berani dan dapat memikul tanggung
jawab.[7]
D.
Faktor-Faktor yang Membatasi Kemampuan
Pendidikan
1.
Faktor anak didik
Arti anak didik dalam pengertian pendidikan pada umumnya ialah tiap orang
atau sekelompok orang yang menerima pengaruh dan sesorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan.[8] Tetapi yang dimaksud dengan factor anak didik
menurut Binti Maunah ialah semua potensi yang ada dalam hal ini anak untuk
menerima kemungkinan-kemungkinan perangsang dari luar. Dalam hal ini semua anak
itu mempunyai potensi sendiri-sendiri yang dinamakan perlengkapan dasar maupun
perlengkapan ajar. Setiap anak potensi tersebut berbeda, baik dalam segi
kualitasnya atau dalam segi bidang-bidang potensinya.[9]
Menurut hukum Konformitet bahwa setiap orang mempunyai batas-batas pola
umum yang karena kodratnya telah ditentukan. Pendidikan tidak dapat
memperlakukan anak didik sampai diluar batas pola umum itu. Hukum konformitet
memberikan pengertian juga bahwa cirri-ciri dan sifat individu dapat
berubah-ubah akibat dari pengaruh lingkungan hidup, akan tetapi pengaruh itu
dibatasi oleh sifat-sifat dasar individu, sehingga lingkunag itu tidak dapat
mengubah individu manjadi makhluk diluar jenisnya.
2.
Faktor si pendidik
Kalau anak didik dikatakan pihak yang membutuhkan pendidikan, maka
pendidikan adalah disebut pihak yang memberikan pendidikan. Dalam memberikan
pendidikan atau menyadarkan Approach kepada anak seorang pendidik mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda dan dengan metode, gaya yang mungkin berlainan.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan dan kelainan-kelainan dari seorang pendidik
dengan lainnya, akan kemungkinan utnuk memberikan hasil-hasil pendidikan yang
juga berbeda.
Oleh sebab itu, factor kemampuan pendidik dengan metode, gaya yang
dipergunakan dalam memberikan pendidikan atau mengapproach anak juga ikut
menentukan hasil-hasil yang akan dicapai oleh satu usaha pendidikan.[10]
3.
Faktor Lingkungan ( Milleau )
Linkungan adalah segala yang ada disekitar anak, baik berupa benda-benda,
peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi masyarakat, terutama yang
dapat memberikan pengaruh yang kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana
anak-anak bergaul sehari-hari. Pengaruh lingkungan terhadap anak dapat positif
dan negative. Positif apabila lingkungan memberikan dorongan terhadap proses
pendidikan untuk berhasil dan dikatakan negative apabila lingkungan menghambat
pendidikan yang ada. Adapun wujud dari milleau antara lain, ialah :
a.
Tempat tinggal
b.
Teman bermain
c.
Buku bacaan ( majalah-majalah )
d.
Macam kesenian ( Bioskop, Wayang,
Ketoprak, Ludruk, dsb. )
e.
Dan lain-lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Batas-batas pendidikan ialah: hal-hal
yang menyangkut masalah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir.
Batas akhir pendidikan: telah dapat bertindak secara merdeka untuk mandiri
pribadi secara susila dan social, telah sanggup menyambut dan merebut
kedewasaan, telah berani dan dapat memikul tanggung jawab, dll. Faktor-Faktor
yang Membatasi Kemampuan Pendidikan: faktor anak didik, faktor pendidik dan faktor
lingkungan.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis
harapkan kepada pembaca untuk mengkaji ulang terkait dengan tema ini yang belum
kami bahas, untuk itu lebih dikaji dari refrensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib Imam Sutari. 1993.
Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta : Andi Offset,
Maunah Binti. 2003. Diktat
Ilmu Pendidikan, Tulungagung : STAIN TA,
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul
Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan
Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Suharto, Suparlan. 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah
pengantar pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Suwarno. 1992.
Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta:
PT. Rineka Cipta. 1992,
[2] Moh. Haitami Salim dan syamsul Kurniawan, Studi
Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 109
[3] Suparlan Suharto, Wawasan Pendidikan:
Sebuah pengantar pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2008) hlm. 66
[8] Barnadib
Imam Sutari, Pengantar Ilmu Pendidikan
sistematis, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1993), hal.
Komentar
Posting Komentar